Design Thinking untuk Problem Solving

Seiring dengan perubahan waktu atau zaman, tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh banyak orang maupun organisasi- perusahaan juga semakin kompleks.

Kompleksitas tantangan dan permasalah yang dihadapi hanya dapat dipecahkan melalui pendekatan-pendakatan kreatif. Di sini Design Thinking hadir untuk sebagai jawaban atas permasalahan yang sedang diadapi oleh banyak orang-organisasi.

Dengan pendekatan Design Thinking, organisasi bukan hanya bisa mengatasi masalah bisnis, tetapi juga mendapatkan keunggulan yang kompetitif, menambah nilai, serta mampun menciptakan inovasi.

https://twitter.com/puguhsudarminto/status/1513546534625099776?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1513546534625099776%7Ctwgr%5E%7Ctwcon%5Es1_c10&ref_url=https%3A%2F%2Fpublish.twitter.com%2F%3Fquery%3Dhttps3A2F2Ftwitter.com2Fpuguhsudarminto2Fstatus2F1513546534625099776widget%3DTweet

Studi Kasus

Desain Layanan Publik

Seorang pemimpin daerah pasti mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan pelayanan terbaik kepada masyarakatnya. Mereka harus melakukan banyak inovasi dalam bidang pelayanan, salah satunya bidang kesehatan. Jika tidak, kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinanya akan berkurang. Penilaian dan supervisi dari pemerintah pusat juga tidak akan mendapatkan nilai yang memuaskan.

Pertayaannya mendasar adalah:

Bagaimana cara pemerintah daerah meningkatkan pelayanan di sebuah RS sehingga antrian tidak menumpuk?

Inovasi apa yang bisa dibuat oleh pemerintah daerah tersebut ?

Bagaimana harus memulai inovasi dan pihak-pihak mana yang harus terlibat?

Pertanyaan di atas merupakan sekelumit dari pelbagai problem yang dihadapi oleh pemerintah daerah (mungkin juga organisasi yang lain). Di sini metode Design Thinking menjadi jembatan untuk mewujudkan inovasi.

“It’s not ‘us versus them’ or even ‘us on behalf of them.’ For a Design Thinker it has to be ‘us with them’”

– Tim Brown, CEO and President of IDEO

Mengapa Design Thinking


Design Thinking merupakan proses dalam membuat ide baru dan inovatif yang dipakai untuk memecahkan masalah. Pendekatan Design Thinking tidak terbatas di dalam industri atau dalam bidang keahlian tertentu. Metode Design Thinking bisa diterapkan dalam aspek kehidupan.

Metode Design Thinking ini sangat bermanfaat sekali terutama dalam kaitannya dengan produk atau teknologi. Sama seperti produk dan service, kehadirannya bisa menciptakan produk dan juga layanan baru untuk pelanggan. Dengan demikian hal ini bisa meningkatkan produktivitas di dalam operasi internal.

Tujuan dari Design Thinking adalah untuk memecahkan permasalahan yang kompleks yang belum terdefinisi dengan jelas atau solusinya belum ditemukan. Dalam hal ini mungkin sudah ada solusi namun belum maksimal.

Pendekatan ini dipopulerkan oleh dua seorang konsultan desain IDEO, David Kelley dan Tim Brown.

Sekali lagi, mengapa pendekatan Design Thinking saat ini banyak digunakan?

01#. Tidak Semua Permasalahan Dapat diselesaikan Melalui Pendekatan Bisnis

Design Thinking membantu semua orang memecahkan masalah kreatif, namun problem korporasi tidak semata-mata dapat diselesaikan melalui pendekatan bisnis – analitik.

Jeanne Liedtka & Tim Ogilve mengutip Designer sekaligus Profesor Illinois Institute of Technology,  Jeremy Alexis. Menurut Jeremy, masalah di dunia ada dua, masalah teka-teki dan masalah misteri.

Teka-teki adalah masalah di mana ketika Anda memiliki tingkat pengungkapan data yang tepat, ketika Anda memiliki angka absolut, sehingga masalahnya dapat diselesaikan.

Ada kategori masalah lain yang disebut misteri, di mana tidak ada data tunggal, tidak ada tingkat pengungkapan data yang benar-benar akan memecahkan masalah. Mungkin juga ada banyak data dengan penafsiran yang sama. Dan masalah yang timbul lebih kaya, lebih sulit dan membutuhkan banyak pendekatan design system, didalamnya ada prototipe dan uji coba. Paling mahir semuanya tersebut adalah para desainer.

02#. Mengatasi Teknologi Mengganggu

Menurut Peter Merholz, Design Thinking dapat menjadi pelengkap untuk cara-cara disipliner dalam mendekati masalah, membawa keragaman perpsektif untuk memecahkan amsalah yang kompleks, salah satunya “Disruptive Technologies”.

Istilah “Disruptiive Technlogies” pertama kali dicetuskan oleh Clayton M Christensen dan Joseph Bower dalam artikel mereka di Harvard Business Review tahun 1995 berjudul Disruptive Technologies: Catching the Wave”. Setelah itu, istilah tersebut berkembang untuk memasukan inovasi apa pun yang mengganggu model konvensional.

03#. Memahami Masalah Secara Holistik

Design Thinking menggabungkan antara sains dan rasionalitas untuk menghasilkan pemahaman yang holistik dan empatik tentang masalah yang dihadapi orang. Menurut Rikke Friis dan Yu Siang, Design Thinking selalu mencoba berempati dengan manusia. Melibatkan konsep subyektif ambigu seperti emosi, kebutuhan, motivasi, pendorong perilaku, dan selalu memahami konteks pengguna.

04#. Mendorong Inovasi dan Kolaborasi

Seperti kita tahu bahwa saat kita mampu mengembangkan model bisnis, produk dan inovatif maka akan mampu meningkatkan keberhasilan dari bisnis landscape. Sebuah penelitian menunjukkan 82% CEO perusahaan yang terkemuka mempunyai kekhawatiran mengenai produk atau service perusahaan. Pertanyaannya adalah, apakah masih relevan untuk pelanggan 3 tahun kedepan.

Saat ini tantangan bisnis modern adalah harus mampu menghasilkan solusi luar biasa. Oleh karena itu Design Thinking menawarkan strategi win-win atau human centered design. Desain ini berpusat pada manusia, transformasi bisnis digital memerlukan pemikiran inovatif dan out the box.

“Design Thinking mengumpulkan komitmen yang luas untuk berubah. Dan dengan menyediakan struktur untuk proses inovasi. Design Thinking membantu para inovator berkolaborasi dan menyepakati apa yang penting untuk hasil di setiap fase.”

-Jeanne Liedtka, Profesor Sekolah Bisnis Darden Universitas Virginia.

Elemen Design Thinking


Ada 4 elemen penting yang ada di dalam Design Thinking yang harus anda ketahui diantaranya adalah:

1. People Centered

Harus ditekankan bahwa setiap tindakan yang dilakukan harus berpusat kepada apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pengguna. Keinginan dan kebutuhan tentu solusi yang dibuat hanya dapat memecahkan masalah tertentu saja. Sementara impact yang ditimbulkan hanya seperti percikan api yang kecil. Dalam hal ini anda harus berhati-hati karena bisa-bisa anda hanya mengeluarkan energi besar untuk sesuatu yang kecil saja.

2. Highly Creative

Dalam mengembangkan kreativitas, anda akan dibebaskan sebebas-bebasnya. Dalam hal ini tidak ada aturan yang kaku dan juga aturan baku. Bahkan di dalam mengembangkan kreativitas sebaiknya dikolaborasikan dari berbagai bidang berbeda, agar dapat melahirkan solusi terbaik.

3. Hands on

Dalam proses desain itu sendiri harus dilakukan dengan melakukan percobaan lain. Bukan hanya berdasarkan kepada teori atau sebuah gambar sketsa saja yang ada di atas kertas.

4. Iterative

Proses harus dilakukan dengan berbagai macam tahapan yang dikerjakan dengan berulang kali. Tujuannya untuk bisa mengimprovisasi serta menghasilkan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah.

Mindset Design Thinking


Mindset yang ada di dalam Design Thinking sendiri terdiri dari 3 prinsip dasar yakni experiment, test dan collaborate.

Experimentation

Di dalam berbagai situasi kita bisa menerapkan mental eksperimen. Mulai dari eksperimen untuk membangun strategi baru guna meluncurkan sebuah produk dan juga layanan baru. Hal ini merupakan sebuah sikap yang harus dibangun oleh semua tim di dalam desain studio. Meski demikian, eksperimen tentu akan lebih maksimal saat anda berhati-hati untuk memonitor hasilnya. Dengan demikian, anda bisa terus bergerak untuk menemukan apa sebenarnya yang bisa menjadi solusi terbaik.

Iterasi dan Testing

Mindset testing dan iterasi tidak diragukan lagi. kedua mindset ini berada pada inti design thinking. Sebab sebagai professional digital tentunya kita punya sumber data yang sangat banyak. Dengan demikian, harus dilakukan testing dan juga iterasi mengenai apapun yang sudah dilakukan.

Collaborate

Di dalam desain digital, salah satu tantangan terbesar yakni kenyataan bahwa pasti akan menyentuh setiap elemen atau bagian di dalam organisasi atau desain studio. Hal ini sangat kompleks dan memerlukan banyak spesialis yang harus bekerja sama agar bisa menemukan solusi yang terbaik. Sehingga ini akan berakibat Anda membutuhkan adopsi pola pikir kolaboratif.

Proses Design Thinking


Implementasi Design Thinking terbagi kedalam beberapa langkah. Semuanya harus Anda ketahui agar bisa menerapkan dengan tepat.

1. Emphatise

Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah anda harus memahami serta berempati terhadap masalah yang akan dipecahkan. Dalam tahap ini anda juga bisa berkolaborasi dengan ahli yang terkait untuk memperoleh informasi lebih banyak.

Anda juga dapat melakukan pengamatan yang terkait di dalam berbagai macam kegiatan. Hingga akhirnya anda akan mempunyai pengalaman pribadi. Ini penting untuk dilakukan guna mengecilkan asumsi serta memperbesar pemahaman anda mengenai kebutuhan serta keinginan stakeholder yang bermasalah.

2. Define

Jika sebelumnya anda mengumpulkan berbagai macam data serta informasi, maka di dalam tahap ini anda bersama dengan tim akan mendefinisikan masalah inti yang ada. Anda bisa membuat problem statement yang fokus terhadap penggunaan akhir sebagai gambaran anda bisa membuat definisi sebagai berikut. Bagaimana anda memperoleh pendapatan 5% pada target market bekerja. Namun versi yang benar adalah “bekerja memerlukan perangkat yang tepat guna mengembangkan skillnya sehingga hidupnya akan lebih mudah”.

Tahapan desain sendiri bisa membantu tim di dalam memahami berbagai macam permasalahan dengan lebih mudah. Dan bisa memikirkan ide yang dapat dijadikan solusi dari permasalahan tersebut. Ide hebat bisa berupa fitur baru di dalam aplikasi, fungsi-fungsi atau bentuk yang benar-benar eksperimental yang sebelumnya memang belum ada.

3. Ideate

Ini adalah tahapan dimana anda menyaring sejumlah opsi yang ada untuk mendapatkan kemungkinan solusi yang ada untuk memecahkan masalah. Anda bisa mengumpulkan berbagai macam ide solusi dari tim. Ada ratusan teknik untuk mengumpulkan ide-ide seperti Brainstorm, Brainwrite, Scamper dan lain sebagainya. Anda bisa memakai mana yang efektif dan nyaman dipakai untuk semua anggota.

Dari sini bisa muncul kemungkinan banyak ide sebagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Agar lebih memudahkan anda di dalam memilihnya, maka anda bisa mengelompokkan solusi tersebut ke dalam tiga kelompok. Yakni feasibility atau yang dapat dilakukan lewat teknologi. Viability atau yang memiliki pengaruh terhadap bisnis yang berjalan dan desirability yang diinginkan oleh pengguna. Anda bisa mengambil yang paling dapat dilakukan terlebih dahulu untuk masuk ke tahap selanjutnya.

4. Prototype

Prototype dibuat sebagai alat dimana anda bisa langsung diujicoba pada pengguna akhir purwarupa atau prototype. Ini dapat berupa apa saja tergantung dari ide solusi apa yang nanti akan diujicobakan. Sebaiknya fokus kepada proses yang akan dilakukan pengguna akhir. Dengan demikian, anda bisa memperoleh umpan balik yang sesuai.

Jika menggunakan pengembangan board games, Anda dapat mengembangkan prototype dengan pulpen dan juga kertas untuk menguji seperti apa mekanik game. Serta memperoleh umpan balik apakah Board Games tersebut benar-benar sesuai dengan tujuan akhir yang anda inginkan.

Sementara itu, untuk digital games atau aplikasi, maka anda dapat membuat purwarupa yang berupa playable games dengan menambahkan fitur utama yang ingin diujikan. Karena bisa jadi di dalam aplikasi purwarupa anda memakai tampilan statis untuk menguji user interface dan juga user experiences.

5. Tes

Setelah melewati langkah panjang dan prototype atau purwarupa selesai, maka panduan menggunakan design thinking yang terakhir adalah dengan melakukan uji coba bagi pengguna akhir. Jangan lupa sebaiknya selalu dicatat berbagai macam hal, sehingga anda bisa memperoleh data yang cukup di dalam mengambil keputusan. Pengujian bisa dilakukan berulang kali atau dengan sistem iteration sampai memang benar-benar ditemukan solusi terbaik bagi permasalahan yang ada. Anda dapat menguji coba berbagai macam ide di tahap ketiga untuk mencoba solusi baru atau menggabungkan beberapa ide yang ada sekaligus.

Profil Design Thinker


Saya ingin menerapkan pendekatan ini, apakah Saya harus belajar ilmu desain secara mendalam? Atau saya harus mempunyai bakat dalam seni atau desain? Atau saya harus mengenyam pendidikan desain?

Tim Brown dalam artikelnya di majalah Harvard Business Review (HBR), menjelaskan, Anda tidak perlu sepatu aneh atau turtleneck hitam untuk menjadi seorang Design Thinker. Menurut Brwon, ada banyak orang diluar desain profesional memiliki bakat alami menggunakan Design Thinking, yang dapat di asah oleh proses pengembangan dan pengalaman yang tepat.

Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang Design Thinker:

Empati. Mereka membayangkan dunia dari pelbagai perspektif (eman, klien, pengguna akhir). Dengan pendekatan “orang pertama”, Design Thinker dapat membayangkan solusi. Mereka juga mengamati dunia secara mendetail, memperhatikan hal-hal yang tidak dilakukan orang lain serta menggunakan wawasan mereka untuk menginspirasi inovasi.

Berpikir integratif. Mereka tidak hanya mengandalkan proses analitis tetapi juga menunjukkan kemampuan untuk melihat semua aspek yang menonjol –dan terkadang kontradiktif.

Optimis. Mereka berasumsi bahwa tidak peduli seberapa menantang kendala dari masalah yang ada, setidaknya terdapat solusi potensial merupakan bagian dari alternatif yang ada.

Eksperimental. Inovasi yang signifikan tidak datang secara tiba-tiba. Design Thinker mengajukan pertanyaan dan mengeksplorasi kendala dengan cara kreatif kemudian berlanjut ke ara yang sama sekali baru.

Kolaborasi. Kompleksitas produk atau layanan semakin meningkat tidak hanya diperlukan jenius kreatif, namun juga kolaborasi lintas disiplin yang antusias. Seorang Design Thinker tidak bekerja dengan satu disiplin ilmu, namun lintas disiplin.

Kesimpulan

Design Thinking merupakan salah satu metode inovasi yang berpijak pada kebutuhan pengguna. Metode ini sangat unik dan mudah dimplementasikan dalam pelbagai bidang atau lapangan pekerjaan sekaligus bisa digunakan dalam merancang problem solving yang kompleks.

Jika Anda sudah membaca artikel ini, maka cerna sekali lagi, kemudian lakukan eksperimen (meskipun kecil) untuk memecah problem di sekitar Anda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *