Era industri 4.0, “memaksa” semua orang-institusi untuk melakukan sebuah inovasi –agar mereka tetap relevan serta bisa berkembang dalam pusaran disrupsi. Bentuk inovasi beraneka ragam, diantaranya berbentuk teknologi –aplikasi, atau sebuah kebijakan.
Hari ini kita menjumpai banyak orang atau instansi berlomba-lomba membuat aplikasi. Ada juga dalam bentuk sebuah kebijakan baru inovatif.
Kami akan memandu Anda bagaimana menciptakan sebuah inovasi seklaigus menuntun agar inovasi Anda bisa bertahan dengan menggunakan pendekatan Human Centered Design.
BAGIAN 1:
Pentingnya Human Centered Design

Banyak inovasi muncul, namun sayangnya tidak semua inovasi bisa diimplementasikan di lapangan sehingga berujung pada kegagalan.
Mengapa produk inovasi gagal?
Ada beberapa faktor, namun faktor utama adalah kurang memahaminya sang pembuat kebijakan/inovator dalam memahami kebutuhan pengguna.
Banyak yang beranggapan bahwa teknologi memainkan peran besar dalam inovasi. Anggapan ini salah besar. Menurut Scott Arpajian dalam artikelnya di Forbes menjelasan banyak orang yang memprioritaskan teknologi baru daripada tujuan sebenarnya di balik penggunaanya.
Kita temui banyak sekali aplikasi-aplikasi bertebaran namun akhirnya menjadi barang rongsokan.
Kegagalan Essential Product
Essential Product adalah sebuah perusahaan elektronik konsumen yang didirikan oleh mantan eksekutif serta engineer senior Google, Andy Rubin. Pada tahun 2017, perusahaan merilis smartphone premium. Produk tidak terjual dengan baik, dan akhirnya dalam sebuah rilis, perusahaan membatalkan untuk mengembangkan Project GEM.

Essential memulai debutnya dengan ponsel pertama pada tahun 2017 serta mempunai visi pembaharuan. Produk pertama mereka memiliki kualitas build premium, serta dukungan dari pembuat android, dan desain layar yang unik. Perusahaan juga menjanjikan gelombang aksesoris untuk sitem modul magnetik yang terpasang di telepon, tetapi hanya dua yang terwujud: kamera 360 derajat dan adaptor jack headphone.
Essential kemudian mengembangkan ponsel lain yang disebut ‘Project Gem” dengan desain yang tidak biasa. Project GEM adalah perangkat bar perusahaan yang menurut mereka akan membingkai ulang perpsepktif konsumen ponsel.
“Visi kami adalah menciptakan paradigma komputasi mobile yang lebih terintegrasi dengan kebutuhan gaya hidup masyarakat.”
Sayangnya perusahaan kesulitan menjual produk mereka. Akhirnya mereka secara resmi menutup proyek tersebut.
Bias Kebijakan Birokrasi
Sistem birokrasi kita sudah terkenal rigid. Presiden Joko Widodo berusaha melakukan inovasi baru dengan melakukan banyak terobosan, seperti memangkas alur dalam investasi luar negeri semisal, serta menghapus esselon IV dan III.
Namun mengapa setiap tahun masih banyak dijumpai ketidakpuasan masyarakat terhadap layanan pemerintah dalam bentuk maladministrasi yang dilaporkan mencapkup berbagai bentuk, yang dirumuskan sesuai acuan dalam pasal 11 Peraturan Obudsman RI No 26 tahun 2017, seperti:
- Penundaan terlarut
- Tidak memberikan pelayanan
- Tidak kompeten
- Penyalahgunaan wewenang
- Penyimpangan prosedur
- Permintaan imbalan
- Tidak patut
- Berpihak
- Diskriminasi
- Konflik kepentingan
Dari kesepuluh point di atas, point 1-5 terpaut erat dengan layanan publik.
Peraturan layanan publik yang dibuat oleh pemangku kepentingan seringkali inputnya dibuat berdasarkan pemikiran lingkaran birokrasi sendiri yang seringkali memunculkan bias kebijakan.
Limbah Sistem Pangan
Problem pelik yang dialami oleh Departemen Lingkungan Kota San Francisco terkait pengelolaan limbah sampah. Problem ini juga mungkin dialami oleh kota-kota besar di seluruh dunia. Sampah menumpuh di ujung-ujung perkotaan. Tempat pembuangan akhirpun seringkali overload.
Banyak dari kita membiarkan sayuran layu di laci, mesin pendingin atau membuang makanan restoran yang hanya setengahnya di makan oleh pengunjung, ketika jumlahnya dalam skala besar tentunya akan merepotkan para petugas atau pemangku kebijakan di seluruh dunia.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar sepertiga dari makanan yang diproduksi dunia setiap tahun -1,3 miliar ton –hilang selama produksi atau dibuang oleh konsumen. Penduduk Amerika Utara membuang makanan paling banyak per kapita.
Apa yang di alami oleh Essential Product, Bias Kebijakan Birokrasi dan Problem Limbah Pangan dapat dicegah jika kita dalam memecahkan sebuah problem dapat membuat inovasi yang relevan. Kunci agar inovasi tetap relevan adalah dengan mendesain ide-ide tersebut dengan melibatkan obyek (manusia).
Proses Mendesain tersebut dikenal dengan Human Centered Design.
“Kami menghabiskan banyak waktu merancang jembatan, tetapi tidak cukup waktu untuk memikirkan orang-orang yang melintasinya.”
Dr Prabhjot Singh, Direktur Desain Sistem Earth Institute.
BAGIAN 2:
Memahami Human Centered Design

Human Centered Design merupakan sebuah pendekatan kreatif dalam memecahkan sebuah masalah yang dimulai dari proses memahami orang-orang yang Anda rancang dan diakhiri dengan menciptakan sebuah solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Human Centered Design adalah tentang membangun empati yang mendalam; menghasilkan banyak ide; membangun prototipe; berbagi apa yang telah Anda buat dengan orang-orang yang Anda rancang; dan menempatkan solusi baru yang inovatif.
Tujuan utama dari Human Centerd Design adalah menciptakan sebuah produk yang dapat meningkatkan kehidupan dan hebat,seperti yang dikatakan oleh Don Norman
“Tantangannya adalah menggunakan prinsip-prinsip desain yang berpusat pada manusia untuk menghasilkan hasil yang positif, produk yang meningkatkan kehidupan dan menambah kesenangan dan kenikmatan kita. Tujuannya adalah untuk menghasilkan produk yang hebat, sukses, dan disukai oleh pengguna. Itu bisa dilakukan.”
Seorang desainer yang baik harus bisa mengakomodasi kebutuhan manusia, menghilangkan ruang untuk ambiguitas. Daripada fokus pada estetika antarmuka dan desain itu sendiri, seorang desainer perlu memahami dan menyesuaikan pengalaman pengguna, memperhitungkan berbagai keadaan pikiran mereka saat berinteraksi dengan dan bereaksi terhadap perubahan dalam sebuah sistem. Untuk menghidari sebuah bencana, gagasan atau ide yang tidak manusiawi harus dilenyapkan.
Menurut Don Norman, desain yang berpusat pada manusia adalah sebuah filosofi, bukan seperangkat metode yang tepat, tetapi yang mengasumsikan bahwa inovasi harus dimulai dengan mendekati pengguna dan mengamati aktivitas mereka.
“Saat Anda mendesain, Anda harus memahami kemampuan orang yang Anda desain.” –Don Norman.
Movingworld Institute mendefinisikan Human Centered Design (HCD) lebih lengkap:
Sebuah proses yang memastikan bahwa produk, layanan, dan/atau perubahan sistem yang sedfang dikembangkan benar-benar akan membuat hidup lebih baik bagi mereka yang sedang merancang solusi.
Pola pikir yang dimulai dengan keyakinan bahwa solusi ada bersama orang-orang yang mengalami masalah.
Kerangka kerja yang memberikan kejelasan tentang bagaimana individu dan organisasi dapat berkolaborasi untuk menemukan solusi, bahkan ketika ada jalur yang jelas.
BAGIAN 3:
Sejarah Human Centered Design
Human Centered Design menggabungkan berbagai disiplin ilmu: teknik, psikologi, antropologi, dan seni. Sebagai pendekaan pemecahan masalah kreatif dalam bidang teknik dan bisnis, asal muasalnya dapat ditelusuri seiring berdirinya program Desain Universitas Stanford (saat ini bernama Stanford d School) pada tahun 1958 oleh Professor John E Arnold –yang mengusulkan desain Teknik harus berpusat pada pengguna.
Professor John E Arnold adalah Profesor Teknik Mesin dan Administrasi Bisnis Universitas Stanford. John E Arnold pelopor dalam mendefinisikan sebuah penemuan ilmiah, berlandaskan psikologi pemikiran kreatif, imajiasi sekaligus dikenal sebagai seorang inovator dan pakar filsafat pendidikan.
Stanford D School terus mempopulerkan pemikiran kreatif dan berpusat pada manusia dalam desain teknik untuk tujuan bisnis mulai tahun 1960an. Para ahli kemudian menyebut dengan Design Thinking (serupa dengan HCD namun memiliki perbedaan).
Jo Szczepanska membangun sebuah kasus yang menarik, pendekatan Desain Korporasi Skandinavia di tahun 1960an, kemudian ia datang ke AS dengan membawa ide “desain partisipatif”, yang menetapkan dasar-dasar untuk metode desain yang berpusat pada manusia.
Istilah Human Centered Design (HCD) pertama kali diucapkan oleh Mike Cooley – ketika ia menyusun proyek Computer –Aided Design (CAD).
Mike Cooley pada tahun 1989 kemudian menyusun sebuah buku dengan topik Human Centered Design (HCD) yang berjudul, Chapter 10; Designing Human-Centered Technology:A Cross-Disciplinary Project in Computer-Aided Manufacturing.
Dalam sebuah makalah tahun 2008 “On Human-Machine Symbiosis”, Cooley menegaskan..
“..kita harus selalu menempatkan orang di atas mesin, betapapun rumit atau elegannya mesin itu..”
Professor Stanford David Kelly bergabung dengan Mike Nuttall dan Bill Moggridge mendirikan sebuah perusahaan firma konsultan desain, IDEO. David Kelly dan timnya mempopulerkan pendekatan Human Centered Design di tahun 1999. Ketika berbicara di forum TED, tahun 2002, Kelly menjelaskan konsep Human Centered Design.
BAGIAN 4:
Perbedaan HCD-UCD-DT

User Centered Design dan Human Centered Design dua istilah yang berbeda namun mempunyai esensi yang sama.
User Centered Design (UCD) adalah sebuah pendekatan yang dibangun di sekitar pengguna dan berkembang sesuai dengan evaluasi berkelanjutan dari kebutuhan pengguna.
Interaction Design Foundation mendefinisikan UCD sebagai proses desain berulang di mana desainer dan pemangku kepentingan lainnya fokus pada pengguna dan kebutuhan mereka dis etiap fase proses desain. UCD melibatkan pengguna di seluruh proses desain melalui berbagai penelitian dan teknik desain untuk menciptakan produk yang sangat berguna serta dapat diakses.
User Centered Deisgn dibangun di sekitar pengalaman pengguna, task, serta lingkungan. Setiap proses desain menggabungkan umpan balik pengguna, update data, untuk menjaga agar desain tetap relevan.
Proses User Centered Design

1#. Memahami Konteks. Siapa yang menggunakan produk dan bagaimana produk akan digunakan.
2#. Menetapkan persyaratan. Kriteria apa yang diperlukan agar suatu produk berhasil.
3#. Rancang Solusi. Libatkan banyak tim untuk merancang solusi.
4#. Uji dan evaluasi. Uji kegunaan agar dapat mengontrol kualitas produk.
Desain berpusat pada manusia (Human Centered Design) melibatkan perspektif manusia secara luas, yang biasanya di terapkan dalam berbagai disiplin ilmu, seperti desain produk dan bisnis. Sedangkan Desain berpusat pada pengguna (User Centered Design), lebih spesifik.
Desain pada pengguna secara spesifik memfokuskan pada pengguna individu, bukan kelompok. Sedangkan desain pada manusia desain yang dirancang untuk kemanusiaan, masyarakat, komunitas serta bertujuan untuk pemecahan masalah sosial dan bisnis.
Kesamaan keduanya adalah memfokuskan pada pengguna akhir. Dan keduanya juga bertujuan merancang produk di sekitar pengguna –bukan pengguna yang harus beradaptasi dengan produk.
Perbedaan Design Thinking dengan Human Centered Design
Design Thinking merupakan sebuah pendekatan proses problem solving untuk menciptakan sebuah solusi (produk-layanan) yang benar-benar bisa digunakan oleh orang. Design Thinking digulirkan oleh Stanford’s d School.
Desain berpusat pada manusia (HCD) –digulirkan oleh IDEO adalah mindset yang menutupi Design Thinking untuk memastikan bahwa produk tersebut benar-benar relevan dan bermanfaat dalam jangka panjang.

Illustrasi:
Sebuah perusahaan pembuat game menggunakan pendekatan Design Thinking untuk menghasilkan sebuah game edukasi anak yang laku di pasaran. Di saat yang sama, agar game tersebut bisa benar-benar melayani kebutuhan mereka, perusahaan menggunakan pendekatan Human Centered Design.
Jadi
Design Thinking merupakan sebuah gambaran besar: memfokuskan pada inovasi dan penciptaan produk atau pemecahan masalah. Sedangkan Human Centered Design adalah cara untuk meningkatkan kegunaan dan pengalaman pengguna dari sebuah produk atau layanan.
BAGIAN 5:
Prinsip Human Centered Design

Ada beberapa pinsip Human Centered Design.
Prinsip Human Centered Design menurut Don Norman:
1#. Fokus Pada Orang

Ketika Anda mendesain sebuah produk atau kebijakan, maka pikirkan selalu orang yang akan menggunakan produk/kebijakan Anda. Pengguna Anda bukan abstrak, mereka adalah manusia yang hadir di tengah-tengah Anda dan yang akan menggunakan produk serta menjalankan kebijakan Anda. Produk dan kebijakan hanyalah alat yang membantu mereka mencapai sebuah tujuan dengan lebih efisien.
Anda harus mengidentifikasi beberapa pertanyaan di bawah ini:
Untuk siapa saya membangun produk/kebijakan ini?
Siapa yang akan menggunakan/memakai produk/kebijakan Anda?
Mengapa orang ingin menggunakan/menjalankan produk atau kebijakan Anda?
Dalam konteks apa (waktu, tempat, perangkat) kemungkinan besar akan terjadi?
Setelah menentukan pengguna, Anda harus memahami perjalanan (Journey) pengguna. Anda bisa menggunakan tools yang bernama “Job tob done”, yang dapat membantu Anda.
Kerangka tersebut akan membantu Anda untuk mengidentifikasi perjalanan pengguna yang kritis dan memetakan ke solusi yang memungkinkan.
2#. Menemukan Masalah yang Tepat

Selesaikan masalah yang layak dipecahkan serta mendasar, bukan cabang. Dengan mampu memecahkan masalah mendasar, Anda akan bisa memecahkan akar penyebab. Para ahli menyarankan menggunakan studi lapangan, pengamatan praktik atau studi etnografi.
Setiap masalah bisa berasal dari sebuah kesalahan manusia. Mengapa kesalahan itu terjadi? Bagaimana Anda bisa mencegahnya?. Masalah bisa saja karena kompleksitas sebuah sistem, sumber daya terbatas, faktor lingkungan dan masih banyak lagi.
Penelitian atau studi etnografi merupakan metode kajian yang bersumber dari ilmu antropologi –mempelajari perilaku dan budaya. Manfaat besar penelitian etnografi adalah studi ini dilakukan dalam lingkungan kehidupan yang nyata –mempelajari pengguna dalam skenario kehidupan ril.
Penelitian etnografi memfokuskan pada budaya atau perilaku yang bisa dilakukan melalui kunjungan lapanngan, penyelidikan kontekstual, atau observasi.
3#. Jangan dibatasi oleh pemikiran sendiri

Anda mungkin memiliki keahlian mendalam dalam bidang tertentu. Namun Anda harus paham bahwa ada pengetahuan lain yang belum Anda miliki –baik itu sebuah wawasan atau pengalaman.
“Anda perlu menghilangkan semua asumsi Anda dan mengubahnya menjadi pengetahuan yang divalidasi”. David Towmson
4#. Pikirkan Segala Sesuatu sebagai sebuah sistem

Jika menggunakan pendekatan ini, maka Anda harus melihat sebuah peristiwa atau perjalanan pengguna dengan melihat bagian yang lain dari sebuah perjalanan lain –sebuah gambaran besar.
Beberapa instansi pemerintah, seperti kantor pajak –membuat aplikasi berbasis web/smartphone yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam membuat laporan spt tahunan. Ketika mencoba untuk memasukan SPT, mereka mengalami kesulitan karena banyaknya menu serta langkah yang harus dilalui.
Harusnya mereka mendesain tidak hanya berdasarkan pada seberapa bagus aplikasi tersebut dapat memudahkan orang membuat laporan SPT, namun juga pengalaman mereka secara keseluruhan dalam menggunakan aplikasi.
5#. Validasi Keputusan Desain Anda

Seberapa banyak sebuah gagasan yang telah dihasilkan, Anda harus melakukan sebuah pengujian dengan melibatkan pengguna yang nyata. Di sana ada umpan balik yang akan membantu dalam menyempurnakan sebuah gagasan.
Anda harus melakukan pengujian dengan melibatkan banyak komponen: anggota, keluarga, pemangku kepentingan dan lingkungan yang representatif.
Desain berpusat pada manusia selalu meminta kita untuk melakukan sebuah pengujian secara cepat melalui sebuah proses iterasi.
“Kita tidak bisa memecahkan masalah dengan menggunakan pemikiran yang sama seperti yang kita gunakan saat kita menciptakannya.” Albert Einstein, Fisikawan Teoritis.
Selain prinsip-prinsip diatas, Anda juga harus memahami ketiga hal ini:
Sistem sosioteknik yang kompleks dan besar. Banyak variabel-variabel yang akan datang: politik, ekonomi, sosial dan buadaya. Yang terbaikm adalah berjalan perlahan-lahan.
Kebutuhan akan pemahaman. Teknologi dibuat bertujuan untuk memudahkan orang. Namun seringkali teknologi yang telah dibuat, belum bisa digunakan dengan baik oleh masyarakat (terdampak). Karena itu dibutuhkan sebuah sistem yang dapat memberikan sebuah penjelasan yang dapat dimengerti oleh mereka.
Kepekaan Budaya. Sebuahproduk atau teknologi harus peka terhdapat sejarah, budaya, dan struktur kepercayaan. Sebuah kebijakan terkadang hanya bisa digunakan oleh masyarakat tertentu, dan tdak cocok bagi masyarakat lain.
BAGIAN 5:
Elemen Kunci Human Centered Design

Human Centered Design mempunyai elemen kunci yang harus Anda pahami serta And ajadikan sebuah mindset dalam mendesai sebuah solusi.

1#. Empati
Anda harus memiliki rasa peduli dengan orang atau sekeliling anda yang menjadi bagian dari desain yang sedang Anda buat. Bangun empati dengan membenamkan diri dalam sebuah lingkungan yang akan menggunaka produk atau menjadi bagian kebijakan Anda.
Menurut Steve Selzer konsultan frogdesign, empati sangat penting untuk menghilangkan bias kita sendiri sebagai seorang desainer saat mengevaluasi kebutuhan mereka. Selain itu, Anda sering mendapati diri ketika merancang untuk orang-orang yang sangat berbeda dari kita, dengan kebutuhan, keinginan, dan sistem nilai yang berbeda.
2#. Kreativitas
Anda memerlukan sebuah cara-cara kreatif untuk memecahkan masalah pengguna. Jane Fulton Suri, Executive Design Director IDEO, mengatakan, “kreativitas adalah inti menjadi manusia”. Kreativitas baginya adalah tentang membuat perubahan. Secara alami, bahkan ketika diarahkan untuk memperbaiki sesuatu, kreativitas cenderung mengganggu, kecuali jika diterima dalam suatu ruang sebagai norma.
“I’ve always belived that creativity is at the core of being huma.” Jane Fulton Suri.
Setelah Anda memahami apa yang sesungguhnya sedang dibutuhkan oleh pengguna, Anda kemudian melangkah pada tahapan selanjutnya, menghimpun kreativitas orang-orang yang ada di lingkaran Anda untuk mendesain sebuah ide-ide kreatif.
3#. Kebutuhan Pengguna
Anda tidak hanya membutuhkan sebuah produk yang sukses secara komersial, lebih dari itu Anda harus merancang sebuah produk yang benar-benar dibutuhkan. Sehebat apapun sebuah produk atau kebijakan yang Anda buat, tidak akan berarti jika pengguna Anda mengalami kesulitan dalam menggunakannya.
“By 2020, user experience will replace price and product as the key brand differentiator”. Jonathan Beckman, Founder of Apptourage.
Perusahaan besar seperti Airbnb, Google dan Apple berutang banyak pada pendekatan desain yang berpusat pada manusia. Kesuksesan mereka berawal dari pengalaman pengguna yang luar biasa.
BAGIAN 6:
Bagaimana Human Centered Design Bekerja

Jika Anda ingin menerapkan pendekatan ini, Anda harus memahami beberapa proses. Saya akan menjelaskan proses Human centered Design dari berbagai praktisi.
Proses Human Centered Design Menurut Nick Babich
Nick Babich, seorang Product Designer sekaligus Editor In Chief UX Planet menjelaskan langkah-langkah implementasi Human Centered Design sebagai berikut:
1#. Inspirasi
Inspirasi adalah belajar tentang pengguna, orang-orang yang akan Anda desain serta memahami kebutuhan, keinginan, dan menemukan masalah yang harus dipecahkan. Inspirasi bagian dari proses penemuan ground gagasan yang akan menjadi produk hebat hasil dari rancangan Anda.
2#. Ide
Pada tahap ini, Anda beserta dengan tim hebat bersama-sama berdiskusi, melakukan brainstorming menghasilkan banyak ide. Semua orang bebas mengemukakan ide-ide mereka –meskipu ide yang dihasilkan nampak liar. Mindmap dapat digunakan dalam proses ini karena dapat membantu memvisualisasikan sistem atau proses dengan cepat.
3#. Implementasi
Implementasi adalah proses mengubah sebuah ide atau gagasan menjadi solusi nyata. Pada tahapan ini, tim hebat Anda bersama-sama membuat prototipe. Prototipe dapat berupa apa saja, mulai dari wireframes dengan fidelitas rendah hingga tinggi. Prototipe akan membantu Anda dalam mengevaluasi desain secara keseluruhan.
4#.Validasi
Validasi merupakan proses untuk menguji sebuah prototipe. Validasi akan membantu Anda menutup kesenjangan antara apa yang orang katakan tentang sebuah kebutuhan dengan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh mereka.
Ada tiga indikator yang dapat membantu dalam proses validasi: Kegunaan (usability), bentuk visual (look), perasaan (feel). Usability lebih terkait landasan pengalaman pengguna, Look, sebuah produk yang menarik secara visual dapat menciptakan kesan positif pada pengguna. Feel lebih pada kenyaman pengguna dalam menggunakan produk.
Untuk mengevaluais sebuah prototipe, gunakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
Apakah produk itu berguna dan dapat digunakan?
Apakah produk terlihat bagus?
Apakah pengguna senang menggunakannya?
Mungkin akan ada banyak kegagalan selama proses validasi. Anda jangan berkecil hati. Bagi Tim Brown, kegagalan adalah alat ampuh untuk bereksperimen.
“Don’t think of it as failure, think of it as designing experiments throught which you’re going to learn.”
Tim Brown
Tahapan Human Centered Design menurut IDEO
IDEO adalah perusahaan konsultan desain yang didirikan oleh David kelley, Bill Moggride, dan Mike Nuttall. Ketiga nya dikenal sebagai salah satu penggagas konsep Human Centered Design (HCD). Menurut IDE, ada tiga tahap utama dalam proses Human Centered Design (HCD): 1) Inspirasi, 2) Ideation, dan 3) Implementasi.
1#. Inspirasi
Pada tahap pertama, inspirasi langkah awal yang harus Anda lakukan adalah mencari inspirasi problem yang akan dipecahkan salah satunya dengan terjun langsung memahami pengguna Anda. Sebelum terjun ke lapangan, buatlah kerangka kerja desain awal Anda (key frame), kemudian buat rencana proyek serta bangun tim.
Kemudian lanjutkan dengan menggali data atau referensi melalui serangkaian kegiatan seperti wawancara. Proses wawancara bisa digunakan dalam kegiatan wawancara kelompok, maupun ahli.
Selain wawancara, Anda juga bisa menggali data melalui kegiatan imersi, atau membenamkan diri dalam kehidupan orang-orang yang akan Anda desain.
“Exploration is the engine that drives innovation. Innovation drives economic growth. So let’s all go exploring.” –Edith Widder.
2#. Ideation
Tahap kedua, Ideation. Setelah mendapatkan inspirasi melalui mendengar atau mengalami, Anda beserta dengan tim mengidentifikasi peluang desain. Mintalah tim Anda untuk menceritakan kisah-kisah inspiratif dari sebuah kegiatan wawancara.
Kumpulkan lima tema teratas yang menarik perhatian Anda. Ini akan membantu Anda memprioritaskan, menyusun strategi, dan mengungkapkan wawasan. Setelah itu buatlah pernyataan wawasan dengan kalimat ringkas. Terjemahkan pernyataan wawasan ke dalam peluang desain.
Setelah peluang desain di dapat, lakukan brainstorming untuk menghasilkan solusi yang memunginkan. Untuk emmahami data, Anda perlu membuat kerangka kerja untuk mempresentasikan informasi secara visual. Kerangka kerja dapat berupa peta perjalanan.
Setelah mengidentifikasi tema-tema yang muncul, Anda bisa mendiskusikan dengan tim prinsio-prinsip desain Anda yang akan dimasukan ke dalam konsep produk atau kebijakan. Kemudian dapatkan umpan balik –yang akan membantu Anda dalam membuat prototipe dan proses iterasi.
Anda bisa membuat prototipe dengan menggunakan storyboard, role-playing, rapid-prototyping, atau kanvas model bisnis. Dapatkan umpan balik, lakukan pengulangan (iterasi).
“What good is an idea if it remains an idea?. Try. Experiment. Iterate. Fail. Try again. Change the world.” –Simon Sinek
3#. Implementasi
Tahap 3, Implementasi. Dalam tahap ini di mana sebuah ide bertemu dengan produk dan akhinya membawa produk atau kebijakan Anda ke masyarakat. Beberapa perusahaan atau institusi merasa terbantu untuk memulai dengan membuat prototipe langsung, ata menjalankan solusi selama beberapa bulan di dunia nyata. Dengan cara itu, mereka dapat menguji bagian tertentu dari produk mereka (distribusi-fungsionlitas).
Beberapa perusahaan yang memiliki banyak sumber daya untuk melakuka uji coba jangka panjang memungkinkan mereka mengumpulkan umpan balik kritis. Institusi lain mungkin akan membangun peta jalan, atau rencana tindakan untuk meluncurkan produk atau kebijakan.
“All you need is the plan, the road map, and the courage to press on to your destination.”
Earl Nightingale
Kesimpulan
Human Centered Design merupakan salah satu pendekatan desain dan inovasi yang paling humanis. Pendektan ini bisa digunakan dalam menciptakan inovasi yang relevan sekaligus jangka panjang (suistanable). Human Centered Design bisa dgunakan oleh siapapun, institusi apapun; baik Anda seorang software engineer, pelaku bisnis, pemegang kebijakan, pekerja sosial, maupun guru.