Mindset Human Centered Design

2 min read

sendiri. Mindset seperti drive yang menentukan perilaku, pandangan dan cara sikap mental. Human Centered Design mempunyai mindset sendiri yang harus dimiliki oleh desainer.

Pahami Mindset Human Centered Design di bawah ini, Anda akan dengan mudah megimplementasikan di lapangan.

1#. Learn from Failure

“Don’t think of it as afilure, think of it as designing experiments throught which you’re going to learn.” –Tim Brown

Inovasi membutuhkan cost, salah satunya adalah Anda harus siap untuk gagal. Kegagalan merupakan alat yang sangat kuat untuk belajar. Proses mengambil data, merancang eksperimen, membuat prototipe, dan mengujianya adalah jantung dari Human Centered Design –yang kesemuanya tidaklah selalu bisa berjalan dengan mudah.

Kegagalan adalah sebuah kepastian, Anda harus menyiapkan sedari awal. Bagaimana caranya? Bangun mindset bahwa kegagalan adalah sebuah kepastian, belajar dari sana dengan cara mendengarkan, memikirkan, membangun kembali, dan menyempurnakan.

Salah satu mantra yang akan dikenang sepajang masa oleh para desainer IDEO “fail faster, succeed sooner.”, David Kelley. Dengan menolak mengambil resiko, atau kegagalan, berarti inovasi akan sulit diwujudkan.

Para inovator dunia sering mengalami kegagalan sebelum akhirnya sukses. Thomas Alfa Edison adalah contoh terkemuka. Ilmuwan Peter Doherty sering mengalami kegagalan dalam menjalankan sebuah penelitian di laboratorium. Peter Doherty, imunolog dan nobel laurate tersebut pernah berucap, “Melalui periode di maan eksperimen tidak berhasil adalah bagian dari pengalaman menjadi seorang ilmuwan.”

2#. Make It

“Anda mengambil resiko dari proses dengan membuat sesuatu yang sederhana terlebih dahulu. Dan Anda selalu mengambil pelajaran darinya.” Krista Donaldson, CEO D-rev

Seorang perancang Human Centered Design selalu membuat ide atau sebuah inovasi menjadi nyata, bukan abstraksi. Anda adalah seorang desainer yang akan memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi oleh manusia –dengan kreativitas membuatnya nampak nyata melalui sebuah prototipe sederhana, kemudian membagikanya untuk diuji validitas. Kesampingkan estetika, atau seberapa indah desainnya. Yang terpenting desain yang telah Anda buat bisa diimplementasikan dengan mudah. Ingat petuah Jack Wlech, “Jangan membuat prosesnya lebih sulit dari itu.”  

3#. Creative Confidence

“Creative confidence is the notion that you have big ideas, and that you have the ability to act on them.” David Kelley

Seorang desainer harus mampu memecah kebutuhan dengan sebuah solusi. dibutuhkan sebuah sumber energi, sumber tersebut adalah Creatif Confidence. Keyakinan kreatif adalah keyakinan bahwa setiap orang kreatif -dan kreatifitas bukanlah kapasitas untuk memahat, namun cara mendekati dunia.

Creative confidence modal dasar dalam menggunakan Human Centered Design untuk membuat perubahan. Keyakinan harus dimunculkan terlebih dahulu, sebelum “kreativitas” benar-benar hadir. Menurut David Kelley, kepercayaan kreatif seperti otot -bisa diperkuat dan dipupuk melalui usaha dan pengalaman.

4#. Emphaty

“Saya tidak dapat menemukan ide baru jika semua yang saya lakukan adalah untuk eksis dalam kehidupan saya sendiri.” Emi Kolawole, Project Lead X Company.

Empati adalah membenamkan diri ke dalam dunia orang lain, untuk memahami kehidupan mereka, dan mulai memecahkan permasalahan mereka menurut sudut pandang mereka. Dengan cara ini pula, Anda bisa memahami konteks dan kompleksitas kehidupan mereka serta membuat solusi sesuai dengan kebutuhan mereka.

Sebuah kecelakaan kebocoran PLTN di Pulau Three Mile pada tahun 1979, membuktikan bahwa sang perancang proyek tidak memperhatikan bagaimana para teknisi bisa menggunakan mesin pembangkit tenaga nuklir tersebut.

5#. Embrace Ambiguity

“Kami mungkin tidak tahu apa jawabannya, tetapi kami tahu bahwa kami harus memberanikan diri untuk menjelajah.” Patrice Martin, Co Lead IDEO.org

Dalam sebuah kehidupan, seseorang akan sulit untk bisa menghindari sebuah fenomena ambiguitas. Secara sederhana, ambiguitas bisa dimaknai dengan kekaburan, keraguan, sesuatu yang memiliki makna ganda. Seorang Desainer yang menggunakan pendekatan Human Centered Design seringkali memulai proses desain dari tempat yang mereka tidak mengetahui jawaban atas sebuah masalah yang ingin mereka pecahkan.

Dengan memulai dari awal, Anda “dipaksa” untuk keluar dari dunia Anda sendiri, kemudian menjelajah jendela luar dengan cara membuka diri, mengejar banyak ide-inspirasi. Dengan merangkul ambiguitas, Anda akan dituntut untuk menemukan jawaban inovatif dan secara tidak langsung dapat memupuk Creative Confidence.

Merangkul ambiguitas membebaskan kita untuk mengejar sebuah jawaban yang pada awalnya tidak dapat kita bayangkan, serta memaksa Anda untuk tetap dalam jalur inovasi.

6#. Optimism

“Optimisme adalah hal yang mendorong Anda maju.” John bielenberg, Founder Future Partners.

Seorang desainer harus memiliki rasa optimisme tinggi. Optimisme sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan dalam membuat desain inovasi. Optimisme merangkul kemungkinan, gagasan bahwa kita Anda tidak tahu jawabannya, di luar sana Anda pasti dapat menemukannya.

Seorang perancang yang menggunakan pendekatan pada manusia akan fokus pada pencapaian, bukan pada rintangan. Dalam setia proses inovasi, pasti akan menjumpai kendala-kendala. Namun mereka mempunyai keyakinan bahwa Anda masih memiliki optimisme besar dalam mewujudkan ide-ide kreatif.

7#. Iterate

“Pendekatan berulang yang kami berikan adalah bahwa kami mendapatkan validasi di sepanjang jalan..karena kami mendengar dari orang-orang yang sebenarnya kami desain.” Gaby Brink, Founder Tomorrow Partners.

Human Centered Design menggunakan pendekatan iterate (pengulangan) dalam memecahkan sebuah masalah. Melalui proses pengulangan, para desainer ingin mendapatkan umpan balik, menyempurnakan, dan meningkatkan kualitas dari sebuah inovasi.

Proses iterasi secara sadar sangat dibutuhkan oleh seorang desainer. Karena mereka paham bahwa sebuah inovasi tidak akan bisa bekerja dengan baik dalam proses awal.

Proses iterasi diadopsi pertama kali oleh NASA pada tahun 1960an dengan pryek Mercury dan Space Shuttle. Pada tahun 1970an, IBM menggunakan model berulang dalam desain sistem komputer.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *